10.09.2015

Marunda, Potret Kehancuran Pesisir Jawa


Aksi menanam mangrove di Marunda. (Foto: Impian Indonesia).

MANGROVEMAGZ. Minggu, 4 Oktober 2015 lalu, kami gerakan Impian Indonesia datang ke lokasi penanaman bibit mangrove di Pesisir Marunda, Cilincing, Jakarta Utara. Saat itu, sedang berlangsung acara penanaman mangrove yang diikuti oleh mahasiswa dan mahasiswi dari universitas YARSI bersama Yayasan Mangrove Indonesia.

Adanya Impian Indonesia bertujuan menghimpun impian anak-anak Indonesia untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang lebih baik. Hal itu membawa kami melangkahkan kaki ke Yayasan Mangrove Indonesia.

Minggu pagi itu menjadi hari yang sangat berkesan bagi kami tim Impian Indonesia, Kami bergabung bersama para mahasiswa Universitas YARSI untuk ikut menanam mangrove. Ini merupakan pengalaman pertama bagi kami.

“Kerenkan, Marunda ini? Kaya Singapura versi kecil. Hehehe,” kata mas Ikhsan selaku Founder Yayasan Mangrove Indonesia (IMARF).

Sayangnya, wilayah Singapura kecil yang kami datangi ini, jauh dari kata bersih. Sampah-sampah berserakan di pesisir pantai.

Iya, limbah ini berasal dari laut, dan hanyut ke sini.” kata bapak Udin, salah satu warga yang sudah bertahun-tahun mengurusi lahan mangrove di Marunda.

Tim Impian Indonesia dan anak-anak Universitas YARSI menjalani kegiatan menanam mangrove sejak pukul 09.00 pagi sampai pukul 10.30 pagi. Meski harus berjuang melewati kubangan lumpur, tetapi mereka tetap semangat menanam ratusan mangrove.


Berpose bersama, menginspirasi Indonesia dengan penanaman mangrove. (Foto: Impian Indonesia).

“Mana, nih mangrovenya. Ada lagi. gak?” kata salah satu peserta Yusuf yang sangat bersemangat menanam.

Setelah puas menanam mangrove ditemani silaunya pancaran sinar matahari, kami beserta peserta lainnya beristirahat di Warung Apung yang tidak jauh dari lokasi kami menanam. Ketika hendak jalan ke Warung Apung, kesan pertama yang kami rasakan adalah “tempat ini bersih. Di sekitaran wilayah warung ini ditutupi hamparan pohon mangrove, airnya jernih dan ikan – ikan yang berenang bisa terlihat dengan jelas.

Angin laut yang berhembus kencang, membuat waktu beristirahat semakin berkualitas. Sambil menikmati makanan ringan, kami berdiskusi dengan mas Ikhsan tentang adanya kegiatan ini. Saat itulah kami baru mengetahui, bahwa Marunda merupakan daerah darurat mangrove.

“Sepanjang 32 kilometer daerah pesisir pantai Jakarta, seharusnya dijaga oleh mangrove. Tetapi kenyataannya separuhnya saja tidak tercapai,” kata mas Ikhsan.


Bersama warga sekitar Marunda, menyelamatkan mangrove dan pesisir pantainya. (Foto: Impian Indonesia).

Hilangnya populasi pertumbuhan mangrove di daerah pesisir, ternyata menghasilkan dampak negatif yang begitu besar. Mas Ikhsan menuturkan, setiap tahunnya setidaknya daerah Marunda kehilangan daratan seluas 3 meter akibat rob.

“Bisa dibayangkan apa yang terjadi jika 10 tahun lagi masih belum ada upaya penanaman mangrove. Bisa-bisa, daerah pemukiman nelayan ini hilang,” ungkap mas Ikhsan saat diskusi di Warung Apung bersama tim Impian Indonesia. “Kami (Yayasan Mangrove Indonesia) ada di sini semata-mata bukan karena tujuan. Kami melihat di sini banyak kasus. Kalau bukan kita yang turun langsung mengatasi ini, siapa lagi?” tutur mas Ikhsan yang juga mengajak seluruh masyarakat untuk bersama menunjukkan rasa empatinya terhadap daerah pesisir.

Hari itu, sangat banyak pelajaran yang kami dapatkan dari Yayasan Mangrove Indonesia. Memang, jika ingin memiliki lingkungan hidup yang asri, kita pun harus turun tangan.

“Kita tidak bisa melawan hukum laut. Setiap tahunnya permukaan laut selalu naik. Jika ingin tanah air ini tetap utuh, ayo kita tanam mangrove untuk mengurangi resiko daratan hilang dan menjaga ekosistem laut,” tutur mas Ikhsan. (Hanny - Impian Indonesia).

No comments:

Post a Comment