12.29.2015

Video Inspirasi Kreatif: Katalis Sosialisasi Peranan Mangrove sebagai Media Mitigasi


Kerusakan hutan mangrove di Indonesia. (Sumber foto).

MANGROVEMAGZ. Kita tidak selalu bisa membangun masa depan untuk generasi muda, tapi kita dapat membangun generasi muda untuk masa depan (Franklin D Roosevelt).

Indonesia merupakan negara yang memiliki hutan mangrove seperempat dari hutan mangrove dunia. Hal ini tentu menjadi salah satu aset terpenting yang ada saat ini. Apalagi faktanya, hutan mangrove menyimpan tiga hingga lima kali lebih banyak karbon dibandingkan kebanyakan hutan tropis.

Tentu, posisi sebagai lumbung besar penyedia karbon sangat menguntungkan Indonesia dalam mengurangi emisi yang dapat berdampak pada perubahan iklim. Namun sayang, adanya perambahan yang terjadi terus menerus mulai mengancam aset bangsa ini.

Berdasarkan infografis yang dibuat oleh Center For International Forestry Research (CIFOR) tahun 2015 menyatakan bahwa Indonesia memiliki 2.900.000 hektar hutan mangrove yang luasnya hampir sama dengan Belgium. Akan tetapi, setiap tahunnya Indonesia kehilangan hutan mangrove sebesar 52.000 ha, yang mana 40% kehancuran mangrove selama 3 dekade terakhir diakibatkan oleh budi daya perairan (akuakultur).

Selain itu, penggundulan hutan mangrove juga berakibat pada emisi tahunan. Kerusakan mangrove sebesar 190.000.000 memiliki jumlah yang sama dengan emisi jika setiap mobil di Indonesia mengelilingi seluruh dunia dua kali (dengan menggunakan data mobil Indonesia pada tahun 2011). Bahkan, 42% dari emisi global tahunan dari rusaknya ekosistem pesisir – termasuk rawa-rawa, hutan bakau, dan rumput laut—adalah akibat dari kerusakan hutan mangrove Indonesia.

Mari kita bayangkan bersama nasib Indonesia beberapa tahun ke depan jika hutan mangrove terus terdegradasi jumlahnya. Akankah Indonesia masih menjadi salah satu bangsa yang memiliki hutan bakau terluas?

VIK (Video Inspirasi Kreatif)
“Kita tidak selalu bisa membangun masa depan untuk generasi muda, tapi kita dapat membangun, generasi muda untuk masa depan” (Franklin D Roosevelt).

Pepatah dari Presiden Amerika ke-32 ini benar adanya. Ketika masa depan hutan mangrove sudah terancam keberadaannya, masih ada jalan untuk membangun generasi muda agar dapat memperbaiki masa depan itu ke arah yang lebih baik. Hal ini dikarenakan, generasi muda adalah generasi yang akan menjadi tonggak nasib bangsa kelak dan sudah seharusnya turut mengambil andil dalam membangun masa depan bangsa dalam merehabilitasi mangrove dari sekarang.

Seperti pepatah yang mengatakan “Laut tanpa mangrove seperti pohon tanpa akar.” Kehilangan hutan bakau berarti kehilangan media yang mampu menyimpan karbon dan memberikan jasa terpenting dalam menjaga ekosistem lautan.

Rehabilitasi mangrove merupakan salah satu cara dalam menanggulangi masalah ini. Namun, rehabilitasi tanpa iringan perubahan pola pikir dari masyarakat tentu akan sia-sia. Maka dari itu kita perlu menggunakan media sebagai katalisator untuk menyadarkan masyarakat.

Tentu media yang digunakan harus menarik minat dan mampu menyampaikan pesan dengan baik akan pentingnya mangrove sebagai media mitigasi. Salah satu cara yang tepat adalah melalui media video. Mengkreasikan cara penyampaian akan pentingnya keberadaan hutan mangrove sebagai media mitigasi melalui video dinilai efektif.


Cuplikan Dear Future Generations-Sorry. (Sumber foto).

Pernyataan ini di dukung oleh pendapat Belawati (2003) yang menyatakan bahwa video dapat memberikan bayangan kepada masyarakat terutama generasi muda tentang apa yang akan terjadi kelak. Seperti salah satu video inspirasi kreatif dari chanel YouTube Prince Ea dengan judul “Dear Future Generations-Sorry” ini berhasil menarik perhatian penonton yang tercermin dari jumlah like sebanyak 75.419 dan viewer sebanyak 1.918.409 dalam jangka waktu 7 bulan.

Video dengan durasi kurang lebih 6 menit ini menceritakan tentang keadaan seseorang yang meminta maaf karena masa depan yang dihasilkan oleh generasi sebelumnya sangat memprihatinkan—kering, pohon yang tidak banyak, bahkan tidak kesempatan berenang di lautan lagi—akibat dari ego manusia yang terlena dengan uang. “Because most of us today, do not even care about tomorrow”. Setidaknya video ini mampu memberikan bayangan dan membuat penonton berpikir kembali terhadap apa yang telah dilakukan selama ini, bahkan video ini juga dapat menggugah perasaan melalui pesan-pesan yang disampaikan secara persuasif dan menggugah emosi penonton (Laura, 2015).

Jika VIK ini dapat mempengaruhi penontonnya, tentu VIK tentang pentingnya hutan mangrove sebagai mitigasi dan dampak di masa mendatang juga dapat memberikan pengaruh yang sama kepada masyarakat. Dengan begitu, rehabilitasi hutan mangrove dan diiringi dengan pola pikir yang tepat tentu akan mampu menjaga peranan mangrove sebagai media mitigasi.

Itulah beberapa peranan video inspirasi kreatif yang tidak hanya memberikan bayangan tetapi juga menginspirasi banyak orang untuk melakukan hal-hal yang positif dengan menggunakan video kreatif yang tidak membosankan ketika ditonton.

Tentunya, cara ini juga memerlukan dukungan dari berbagai pihak terutama generasi muda dalam upaya aktif berpartisipasi dan berkreasi dalam mencegah degradasi jumlah hutan mangrove di Indonesia. Mulailah berinvestasi mangrove sejak dini untuk menyelamatkan masa depan. Save the nature, for the future. (Luh Putu Eka Yani).

Daftar Pustaka
Belawati, T. 2003. Pengembangan bahan Ajar. Buku Materi Pokok Edisi Kesatu. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

CIFOR. 2015. Mangrove Indonesia: Fakta Penting untuk Peduli Mangrove. Diakses pada 27 November 2015 pada http://blog.cifor.org/…/5-fakta-penting-mangrove-indonesia-…

Laura, Bix. 2002. The Elements of Text and Message Design and Their Impact on Message Legibility: A Literature Review. Journal of Design Communication. Spring 2002 Issue 4. Michigan State University School of Packaging.

No comments:

Post a Comment