12.26.2015

Alternatif Perbanyakan Bruguiera gymnorrhiza


Mangrove jenis B. gymnorrhiza. (Sumber foto).

MANGROVEMAGZ. Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang terdiri atas beribu pulau dan terpisahkan oleh adanya lautan. Hampir sebagian besar wilayah Indonesia didominasi oleh lautan. Kondisi ini menyebabkan Indonesia memiliki garis pantai yang sangat panjang. Adanya garis pantai yang sangat panjang dan keberadaannya pada daerah tropis, mendukung pertumbuhan dan perkembangan hutan mangrove.

Hutan mangrove merupakan suatu kesatuan ekosistem yang sangat unik. Jenis-jenis flora penyusun hutan mangrove mempunyai mekanisme bertahan hidup yang berbeda dengan flora pada umumnya, yaitu habitatnya yang berada di atas lahan basah menjadikan vegetasi yang tumbuh diatasnya mempunyai ciri khas tersendiri. Hal ini menyebabkan hutan mangrove mudah ditemukan dan tersebar luas hampir diseluruh wilayah pesisir Indonesia.

Hutan mangrove memiliki peranan yang sangat penting bagi keseimbangan ekosistem, baik dalam memelihara produktivitas perairan pesisir maupun dalam menunjang kehidupan penduduk sekitar serta peranannya terhadap jasa lingkungan.


Tabel luasan hutan mangrove di Indonesia. (Sumber foto).

Menurut Onrizal (2002), keberadaan hutan mangrove bagi wilayah pesisir terutama sebagai jalur hijau di sepanjang pantai atau muara sungai, sangatlah penting untuk mempertahankan kualitas ekosistem pertanian, perikanan, dan pemukiman yang berada di sekitarnya dari gangguan abrasi, intrusi, dan angin laut yang kencang. Selain itu, hutan mangrove memiliki potensi serapan karbon yang sangat besar serta jasa lingkungan lainnya. Kondisi hutan mangrove Indonesia menunjukkan penurunan seiring dengan perkembangan zaman, baik itu dari segi kualitatif maupun kuantitatif.

Departemen Kehutanan (2002) dalam Kusmana (2005) menyatakan bahwa potensi sumberdaya mangrove di Indonesia mencapai 3,64 juta hektar di dalam kawasan hutan dan sekitar 5,46 juta hektar di luar kawasan hutan. Namun hutan mangrove saat ini mengalami kerusakan (terdegradasi) dan penyusutan luas yang cukup tinggi.

Kerusakan sumberdaya mangrove saat ini diperhitungkan mencapai 70%. Kondisi ini tentunya akan menyebabkan luasan hutan mangrove yang ada semakin berkurang. Kerusakan terhadap hutan mangrove ini secara tidak langsung berpengaruh terhadap produktivitas hutan mangrove itu sendiri dan ekosistem di sekitarnya, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

Tindakan rehabilitasi terhadap area yang mengalami kerusakan dan mempertahankan hutan yang ada merupakan langkah tepat untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Sehubungan dengan rehabilitasi, maka diperlukan pengetahuan dan penguasaan teknik perbanyakan jenis-jenis mangrove yang ada.

Adapun teknik perbanyakan tersebut harus bisa menghasilkan jenis-jenis yang tumbuh cepat, mudah beradaptasi, dan dapat diproduksi sesuai dengan kuantitas yang memadai.

Salah satu jenis pohon mangrove yang sesuai dengan kriteria tersebut adalah Bruguiera gymnorrhiza. Perbanyakan jenis B. gymnorrhiza dapat dilakukan secara alami atau generatif, namun karena jenis ini yang keberadaannya dalam tahap akhir/klimaks hutan mangrove serta paling dekat dengan daratan, maka jenis ini lebih sering mengalami kerusakan dibandingkan dengan jenis mangrove lainnya.

Hal ini menyebabkan ketersediaan sumber benih dan luasannya semakin menurun, sehingga perbanyakan secara alami atau generatif terbatas jumlahnya. Untuk itu perlu adanya teknik perbanyakan vegetatif dengan cara stek hipokotil, yang mampu memanfaatkan sumber benih yang ada. (Topik Hidayat).

DAFTAR PUSTAKA
Onrizal. 2002. Evaluasi Kerusakan Kawasan Mangrove dan Alternatif Rehabilitasinya di Jawa Barat dan Banten. Universitas Sumatera Utara, Digital Library.
Kusmana C. 2005. Rencana Rehabilitasi Hutan Mangrove dan Hutan Pantai Pasca Tsunami di NAD dan Nias. Makalah dalam Lokakarya Hutan Mangrove Pasca Tsunami, Medan.

No comments:

Post a Comment