6.15.2022

Aksi Penanaman 32.550 Bibit Mangrove di Pesisir Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat


Pembuatan pelindung tanaman.

MANGROVEMAGZ. Indonesia dikaruniai memiliki hutan mangrove terluas di dunia. Pada tahun 2015, data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dengan panjang garis pantai sebesar 95,181 km, Indonesia memiliki luasan hutan mangrove sebesar 3.489.140,68 ha. Jumlah ini merupakan bagian dari 23% mangrove di dunia. 


Menanam mangrove bersama.

Awal bulan triwulan ke-empat tahun 2021, tepatnya pada bulan Oktober, kelompok masyarakat Kampung Dotir melakukan aksi penanaman mangrove. Kampung Dotir merupakan salah satu kampung yang terletak di Distrik Wasior, Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat. Kampung ini termasuk dalam kawasan penyangga Taman Nasional Teluk Cenderawasih. 


Aksi penanaman ini merupakan program Padat Karya Pemulihan Ekonomi Nasional dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Luas kawasan pesisir yang dilakukan rehabilitasi berkisar 21,7 ha, mulai dari pesisir Kampung Dotir hingga Tombolo yang berada di Kampung Sobey. 



Proses penanaman mangrove.

Jenis mangrove yang dipakai adalah jenis Rhizophora sp. Metode yang dipakai adalah pola pengkayaan dengan kepadatan 3.000 bibit/ha. Penanaman bibit dilakukan di sela-sela mangrove dewasa. 

Penanaman ini dibagi menjadi dua termin, yaitu termin pertama yang telah dimulai pada pertengahan Oktober 2021 dengan jumlah bibit yang ditanam sebanyak 32.550 bibit. Termin kedua rencananya akan berlangsung pada pertengahan November 2021 dan jumlah bibit yang ditanam juga sebanyak 32.550 bibit. 


Bibit mangrove diikat di ajir. 

Kegiatan yang pertama kali dilakukan adalah survei lokasi penanaman. Pendamping bersama dengan kelompok masyarakat turun ke target lokasi penanaman untuk melihat dan menentukan titik awal dan titik akhir penanaman seperti yang telah tertuang pada peta. Pada titik awal dan titik akhir diberi patok (tanda batas) yang ditarik mulai dari lokasi hutan mangrove ke arah laut sepanjang 100 m. 

Kemudian setelah itu, kelompok masyarakat mulai membuat ajir dan mengumpulkan bibit mangrove. Bibit dapat diambil dari buah yang jatuh maupun dari pohon langsung. Bibit yang telah terkumpul dimasukkan dalam beberapa kelambu yang bagian ujung sisinya diikat pada pohon mangrove supaya pada saat kondisi pasang, mangrove tersebut tidak hilang terbawa arus air laut.


Papan nama program.

Setelah ajir dan bibit terkumpul, masyarakat mulai memantau waktu surut air laut, karena pada saat surutlah ajir dapat dipasang dan bibit dapat ditanam. Fungsi pemasangan ajir, yaitu sebagai tanda lokasi penanaman mangrove dan menjaga bibit mangrove agar tidak terseret air laut.

Jarak tanam yang digunakan, yaitu berkisar 1,8 - 2 m antar bibit. Kelompok masyarakat juga membuat pelindung tanaman yang mereka pasang pada lokasi tertentu, yang diduga memiliki arus dan ombak yang kuat. 

Pelindung tanaman tersebut dibuat dari jajaran bambu yang kemudian pada bagian dalamnya diisi serasah mangrove. Pelindung tanaman tersebut berfungsi sebagai pemecah ombak, sehingga diharapkan dapat menekan kekuatan ombak agar tidak terlalu menghantam bibit mangrove yang baru ditanam. 


Foto bersama.

Kelompok masyarakat Kampung Dotir mengaku sangat senang dengan hadirnya program ini. Perekonomian mereka terbantu dan kelestarian alam terjaga. Masyarakat berharap bibit mangrove yang mereka tanam dapat tumbuh dengan baik, dan menjadikan hutan mangrove di pesisir Kampung Dotir semakin lebat dan dapat meningkatkan populasi keanekaragaman hayati, baik di darat maupun di laut. 

Selain dengan melakukan aksi penanaman mangrove, masyarakat Kampung Dotir juga diajak untuk memungut sampah anorganik yang ditemukan di sepanjang lokasi penanaman. Hal kecil ini juga merupakan langkah baik untuk tetap menjaga dan mempertahankan kelestarian ekosistem mangrove.

Penulis: Rusthesa Latritiani.

Foto: Koleksi pribadi.

No comments:

Post a Comment