5.12.2022

Alasan Rhizophora Sering Dipilih di Program Rehabilitasi Mangrove


Hamparan Rhizophora spp.

MANGROVEMAGZ. Kegiatan penanaman mangrove seharusnya tidak hanya mengandalkan satu jenis mangrove saja, tetapi berbagai jenis (polikultur). Sampai saat ini, masih sangat jarang program penanaman mangrove masal di tingkat nasional yang mengedepankan konsep polikultur. Padahal, dengan hanya menanam satu jenis mangrove saja (monokultur), akan banyak memiliki kerugian bagi ekosistem mangrove, salah satunya rentan mengalami kerusakan apabila terserang hama. Umumnya, jenis yang paling sering ditanam adalah Rhizophora spp, baik itu R. mucronata, R. stylosa atau R. apiculata.

Pertanyaannya, mengapa mangrove jenis Rhizophora sampai saat ini masih menjadi idola para pegiat mangrove dan sering dipilih sebagai bibit utama dalam melakukan program rehabilitasi mangrove di Indonesia? Berikut ini, kami rangkum beberapa alasannya: 

1. Rhizophora mudah dibibitkan
Dibandingkan dengan jenis mangrove lainnya, proses pembibitan Rhizophora relatif lebih mudah. Tidak ada perlakukan atau treatment khusus untuk membibitkan propagulnya yang bisa siap tanam dalam waktu kurang lebih dari tiga bulan (tiga pasang daun). 

2. Ketersediaan Rhizophora melimpah
Ketersediaan indukan mangrove Rhizophora juga sangat melimpah, sehingga buahnya pun akan sangat mudah didapatkan saat musimnya tiba. 



Propagul Rhizophora.

Tidak sulit untuk mengkoleksi propagulnya, karena terdapat ratusan ribu buah yang jatuh dari indukannya dan bisa diambil langsung untuk dibibitkan. 

3. Ketersediaan bibit lainnya terbatas
Khusus di Pulau Jawa, sebenarnya ketersediaan bibit mangrove selain Rhizophora juga melimpah, seperti Avicennia, Sonneratia, Bruguiera dan jenis lainnya. Namun, ternyata sebarannya tidak merata. Hal inilah yang menyebabkan tidak banyak ditemukan lokasi pembibitan mangrove selain Rhizophora.



Pembibitan Rhizophora.

4. Program penanaman yang mendadak dan dikejar target
Alasan keempat ini sangat umum ditemui, yang biasanya berasal dari program pemerintah. Pemerintah sering memiliki target penanaman mangrove dalam kurun waktu tertentu yang terkesan mendadak dan dikejar target.

Kedua hal di atas menjadikan pemilihan bibit jenis Rhizophora pilihan terakhir. Sehubungan dengan ketersediaan bibit Rhizophora di lokasi pembibitan yang melimpah, maka jenis bibit inilah yang sering dipilih tanpa harus menunggu musim buah atau ketersediaan bibit mangrove jenis lainnya.



Penanaman Rhizophora di pematang tambak.

Contoh kasus, misalkan program penanaman mangrove akan dilakukan di awal tahun, padahal belum tersedia bibit mangrove selain Rhizophora. Nah, mau tidak mau program penanaman mangrove harus tetap berjalan dengan menanam Rhizophora.

5. Harga bibit Rhizophora relatif murah
Harga bibit Rhizophora relatif lebih murah apabila dibandingkan dengan jenis lainnya, sehubungan dengan ketersediaannya yang melimpah dan proses pembibitannya yang mudah.

Hal ini pula yang membuat para pelaksana program penanaman mangrove lebih memilih jenis mangrove ini, karena dengan dana yang terjangkau, mereka akan mendapatkan kuantitas bibit mangrove yang lebih banyak, sehingga persentase luasan area mangrove yang ditanam menjadi lebih besar.

Itu tadi, lima alasan utama, mengapa Rhizophora masih menjadi primadona dalam program penanaman mangrove di Indonesia. (ADM).

No comments:

Post a Comment