10.01.2018

Lebih Dekat dengan Pak Eno, Pengrajin Batik Mangrove Semarang

Pak Eno saat memberikan pelatihan batik mangrove kepada generasi muda di Semarang.

MANGROVEMAGZ. Marheno Jayanto yang lebih akrab disapa Pak Eno adalah pengrajin batik yang sudah puluhan tahun menggeluti dunia batik dan mempelopori berdirinya Kampung Batik Semarang. Beliau juga sudah sering memberikan pelatihan teknik membatik di Semarang bahkan berbagai kota di Indonesia.

Tak hanya membatik dengan pewarna batik pada umumnya, namun usahanya juga mempergunakan bahan-bahan alami dari mangrove, yaitu propagul dari salah satu jenis mangrove bernama Rhizophora yang telah membusuk.

Pak Eno yang senang berbagi dan memberikan informasi dan pengetahuan baru kepada generasi muda dan siapa saja yang tertarik dengan batik mangrove ini, kami temui saat memberikan pelatihan batik mangrove di Mangrove REpLaNT KeSEMaT di Semarang (2014).

Pemilik Griya Zie Batik ini, menjelaskan bahwa buah-buahan mangrove, khususnya propagul mangrove yang telah membusuk, dapat digunakan sebagai bahan pewarna batik alami.

"Selain aman dan tidak mencemari lingkungan, hasil dari pewarna batik mangrove ini juga sangat indah, yaitu warna coklat sehingga terlihat sangat elegan," tuturnya.

Zie Batik selain mempergunakan pewarna asli dari mangrove dengan aneka motif flora dan fauna mangrove, saat ini juga sudah mengembangkan pewarna alami dari jenis tumbuhan lainnya.

Hasil batik mangrovenya dipasarkan di kediaman beliau di Semarang, secara online di media sosial dan juga di ajang pameran-pameran yang sering diikuti. Pak Eno menggeluti bisnis Batik Mangrove Semarang bersama istri dan putrinya.

Beliau berharap dengan semakin populernya batik mangrove, maka kehadirannya di Semarang, setidaknya bisa menyadarkan warga pesisir kota Semarang, agar segera tersadar akan manfaat mangrove yang luar biasa untuk kehidupan manusia dan untuk meningkatkan mata pencaharian, sehingga tidak akan ada lagi kasus-kasus penebangan mangrove oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. (Ganis Riyan Efendi) (Sumber foto: dokumentasi pribadi).

No comments:

Post a Comment