9.03.2015

Tengok Taman Wisata Hutan Bakau


Papan nama TWHB. (Foto: Ria Tumimomor).

MANGROVEMAGZ. Beberapa waktu lalu, saya dengan seorang teman mengunjungi Taman Wisata Hutan Bakau (TWHB) yang berlokasi di Pantai Indah Kapuk. Jika ingin ke sana, bisa dari Stasiun Kota dan menyeberang ke depan Museum Bank Indonesia. Dari sana, naik bis biru Kopami Jaya 02 arah Muara Karang, turun di jembatan Muara Karang dan lanjut naik angkot merah KWK B01 arah Muara Angke.

Kalau sudah sampai di depan pintu gerbang Pantai Indah Kapuk, pindah lagi naik angkot merah KWK U11 arah Kapuk, turun dekat sekolah Tzu Chi dan ikuti saja papan petunjuk arah ke TWHB.

Sesampainya di sana, kami membeli tiket seharga Rp. 25.000,- dan jangan dibuang dulu tiketnya karena berjalan sedikit, kita akan sampai di pos pemeriksaan dan tiket akan diminta. Saya baca dari blog Ilalang Basah, kalau tiket untuk turis asing sebesar Rp. 250.000,0 (glek).


Kalau malas jalan kaki, bisa juga naik perahu dengan rincian berikut:
Naik perahu untuk 6 orang/perahu: Rp. 250.000,-
Naik perahu untuk 8 orang/perahu: Rp. 350.000,-
Untuk naik kano dan perahu dayung: Rp. 100.000/45 menit

Teman saya iseng bertanya, kenapa sih tidak boleh membawa kamera DSLR? Petugasnya sambil tersenyum menjawab bahwa dengan biaya sebesar Rp. 1.000.000,-, bisa untuk menambah dana perawatan.


Jadi, jangan nekat membawa kamera selain kamera handphone tentunya, karena di pos pemeriksaan, petugas akan mengecek tas kalian. Masih lebih bisa lolos membawa makanan daripada membawa kamera.

Saya dan teman memperlihatkan minuman yang kami bawa dan petugas tidak keberatan. Ya, mungkin dilihat kami ini kan manis dan baik hati (Loh? Apa hubungannya?).


Ketika kami masuk, ada papan tulisan kalau ke kanan adalah ke kantin. Kami berdua berpendapat, masa sih, baru saja sampai sudah nongkrong di kantin? Jadi, kami terus melanjutkan berjalan walau sempat ragu melihat jalan di depan yang sepertinya tidak ada apa-apa.

Ketika ada pasangan yang melewati kami, buru-buru saja saya menanyakan. Dan, mereka mengatakan agar jalan saja terus, begitu ada papan petunjuk bertuliskan Jembatan Besar lalu belok kanan.


Dan, dari situ kami mulai menikmati pemandangan hutan bakau yang ada di kanan dan kiri. Menurut teman saya, masih lebih bagus hutan bakau yang ada di Bali. Berhubung ini pengalaman pertama saya mengunjungi hutan bakau…, perasaan ya, biasa-biasa saja, ya. Tapi, hal ini jangan mengurangi keinginan kalian untuk ke sini, ya.

Banyak pasangan yang mengabadikan momen mereka di sini. Belum termasuk pasangan pengantin yang juga tengah foto pre-wed. Ada tarifnya, tentu saja.


Okay, saya ralat… Sebenarnya tempat ini okelah untuk lebih dekat dengan alam…, namun sayangnya ada banyak sampah… Apalagi di area yang sudah mendekati pantai… Dan ingat, jangan berimajinasi pantai yang enak untuk duduk menggelar tikar. Walau ada juga sih, dua pasang yang cuek saja duduk menggelar koran sebagai alas dan….membawa alat panggang… Iya, Saudara-saudari… Mereka asik memanggang sosis… See? Membawa makanan masih diperbolehkan, walau mungkin inilah sumber terbesar sampah yang bertebaran di tempat ini.


Tips untuk jalan-jalan ke sini:
1. Datanglah waktu pagi hari… Ya, jangan subuh-subuh juga sih… Bukan apa-apa…, kendaraan umumnya juga belum lewat. Kalau datang pagi-pagi, selain belum banyak saingan untuk foto-foto narsis, ya udaranya juga belum terlalu panas. Jangan lupa gunakan sunblock. Dari hasil baca blog sana sini, pemandangan di sore hari juga okeh....Apalagi sebagian besar pengunjung pasti telah bersiap untuk pulang.


Ada paket menanam mangrove dengan biaya Rp. 150.000,- per orang. Mau menggunakan papan nama? Kena Rp 500.000,- per orang. (Foto: Ria Tumimomor).

2. Gunakan sepatu dengan sol yang tebal. Kemarin, sepatu saya terlalu ceper sehingga menjelang akhir perjalanan, telapak kaki menjadi sakit. Harap diingat, jembatannya itu terbuat dari bambu dan bukan dari beton…


3. Bawa kantong plastic agar menghindari menambah sampah di sekitar hutan bakau ini. Walau banyak tersedia tempat sampah, tapi kenyataannya tetap saja sampah bertebaran.


4. Bawa tissue basah dan kering… Toilet/kamar kecilnya sih bersih, tapi saya tidak melihat adanya tissue.


5. Konoooon, kantin di tempat ini hanya menyediakan mie instant... Karena saya baru melewati kantin saat sudah capek, males deh nanya-nanya ada menu apa saja yang dijual. Padahal kantinnya bagus. Oh ya, ngomong-ngomong, ternyata…saya sama teman…mengitari TWHB dari…belakang…. Hahahah… Kacau, deh…


Jadi, jika kalian melihat papan tulisan “Kantin”, maka langsung ikuti saja papan petunjuk tersebut. Kalian akan melewati pondok-pondok tempat penginapan, menara yang hanya bisa dinaiki oleh dua orang saja sekali naik.


Mungkin setelah melihat foto sampah yang saya muat di sini, ada komunitas yang tergerak untuk kerja bakti di sana? Di postingan ini hanya sebagian foto-foto yang saya muat. Lengkapnya ada di Album Ini.




Taman terletak di:



Penulis: Ria Tumimomor.

No comments:

Post a Comment