8.24.2015

Bersama Mangrove, Lestari Alamku, Lestari Bumiku


Penanaman mangrove di pesisir Pandansari melibatkan banyak pihak. Inilah salah satu kunci keberhasilannya menjadi Kampung Mangrove Percontohan di Indonesia. (Foto: Adi Assegaf).

MANGROVEMAGZ. "Belajar dari keberhasilan Desa Pandansari sebagai Kawasan Kampung Mangrovisasi di Kabupaten Brebes." Seperti kita ketahui bersama, lingkungan hidup merupakan faktor utama dalam kelangsungan hidup manusia. Pengelolaan lingkungan hidup atau sumber daya alam yang tepat akan mampu memberikan manfaat bagi hidup manusia itu sendiri. Sebaliknya, eksploitasi yang berlebihan terhadap lingkungan hidup dapat mendatangkan bencana bagi umat manusia itu sendiri.

Salah satu upaya yang biasa dilakukan adalah dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan hidup, penegakan hukum di bidang lingkungan hidup dan melakukan proses penghijauan melalui program mangrove di lingkungan pesisir.

Wilayah pesisir merupakan wilayah yang penting tetapi rentan (vulnerable) terhadap gangguan. Karena rentan terhadap gangguan, maka wilayah ini mudah berubah, baik dalam skala temporal maupun spasial. Perubahan di wilayah pesisir dipicu karena adanya berbagai kegiatan, seperti industri, perumahan, transportasi, pelabuhan, budidaya tambak, pertanian dan pariwisata.

Aktivitas manusia dalam menciptakan ruang-ruang terbangun akhirnya sering mengakibatkan masalah didalam ekosistem pesisir. Batasan kawasan terbangun seperti kota pesisir memang harus dilakukan. Namun, perkembangan pemukiman, atau fasilitas lain tersebut harus dibatasi melalui sistem penataan ruang agar perkembangan ruang terbangun dapat terkendali dan arah pengembangan ke arah sepanjang pantai harus dicegah.

Dengan potensi yang unik dan bernilai ekonomi tinggi namun dihadapkan pada ancaman yang tinggi pula, maka hendaknya wilayah pesisir ditangani secara khusus agar wilayah ini dapat berkelanjutan.

Kabupaten Brebes, dimana sebagain besar memiliki lokasi pesisir Pantai Utara dengan segala kompleksitasnya, fenomena didalamnya terutama mengenai abrasi telah menggugah perhatian publik untuk berupaya bersama-sama menyelematkannya.

Geografis terletak di bagian paling barat dari Provinsi Jawa Tengah dengan batas sebelah utara Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Tegal dan Kota Tegal, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Banyumas dan sebelah barat dengan Wilayah Cirebon. Secara topografis, wilayah Kabupaten Brebes memiliki potensi daerah pantai yang meliputi Kecamatan Brebes, Kecamatan Wanasari, Kecamatan Bulakamba, Kecamatan Tanjung dan Kecamatan Losari dengan luas lahan pertambakan 9.970,5 ha, dengan jumlah petani tambak (petambak) sebanyak 4.042 orang.

Luas wilayah Kabupaten Brebes sebesar 1.661,17 km persegi yang terdiri dari sawah seluas 633,53 km persegi dan lahan kering seluas 1.027,64 km persegi. Secara administarsi, Kabupaten Brebes dibagi menjadi 17 kecamatan dan 297 desa/kelurahan.

Sedangkan jumlah desa pantai yang terdapat di Kabupaten Brebes terdiri 20 desa pantai yang tersebar di 5 kecamatan, yaitu:
1. Kecamatan Brebes: Desa Kaligangsa, Randusanga Wetan, Randusanga Kulon, Kedungruter, dan Kaliwlingi.
2. Kecamatan Wanasari: Desa Sowojajar dan Pesantunan
3. Kecamatan Bulakamba: Desa Pulogading, Bangsri, Grinting dan Pakijangan
4. Kecamatan Tanjung: Desa Krakahan dan Pengaradan
5. Kecamatan Losari: Desa Limbangan, Karang Dempel, Prapag Kidul, Prapag Lor, Kecipir, dan Pengabean

Topografi pantai Kabupaten Brebes seperti halnya daerah Pantai Utara Jawa lainnya, yaitu memiliki pantai yang landai, ombak relatif kecil dengan arus lemah yang sangat cocok untuk daerah pertambakan.

Secara umum, wilayah pantai Kabupaten Brebes, mulai dari Losari (Desa Prapag Kidul dan Prapag Lor), Teluk Bangsri sampai dengan sekitar muara Sungai Nippon (Desa Sawojajar dan Kaliwlingi) baik digunakan untuk pengembangan konservasi tanaman bakau (mangrove) yang dapat berfungsi untuk pemulihan daya dukung lingkungan.

Salah satu dari Desa di Pesisir Brebes, tepatnya di Dukuh Pandansari Desa Kaliwlingi yang berada di wilayah Kecamatan Brebes, memiliki potensi yang sangat besar untuk dijadikan pembelajaran (success story) bagi pemerhati lingkungan hidup, Pemda/Pemkot, para aktivis lingkungan hidup, dimana masyarakatnya memiliki komitmen yang kuat menjadikan kampungnya sebagai kawasan penghijauan mangrovisasi.


Keberhasilan program rehabilitasi mangrove di pesisir Pandansari. (Foto: Adi Assegaf).

Sisi yang lain, didukung juga dengan adanya komitmen dari Bupati Brebes, Idza Priyanti, SE yang mempunyai tekad dan komitmen dalam rangka perubahan iklim di wilayah Pesisir Pantura Brebes sepanjang 36 km untuk digalakkan penghijauan melalui program Mangrovisasi. Kenapa demikian (?), karena program ini akan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat di wilayah Pesisir Pantura pada umumnya dan lebih spesifik untuk pemulihan tambak dari bahaya abrasi, hilangnya ikan tangkapan, instrusi air laut, dan banyaknya serangan hama penyakit pada produksi perikanan di tambak akibat tidak tertata dengan baik.

Kampung Pandansari sebagai kawasan mangrove dirintis sejak tahun 2007, oleh sejumlah aktivitis penghijauan, yang dikoordinatori oleh Mashadi, selaku Koordinator IPPHTI (Ikatan Petani Pengendalian Hama Terpadu Indonesia) Kabupaten Brebes.

Menurutnya, ada berbagai macam tekanan dari berbagai sisi, yaitu kondisi alam, politik, kebijakan, dan ekonomi. Dari sisi tekanan alam, ini dimaksudkan karena tidak dapat menduga perubahan iklim yang ekstrim, abrasi, hilangnya ikan tangkapan, instrusi air laut, dan banyaknya serangan hama sehingga terjadi penurunan hasil produksi.

Dari sisi tekanan politik, ini dimaksudkan walaupun desa terletak di wilayah Kecamatan Perkotaan Brebes, namun Kampung Pandansari terletak agak jauh dari wilayah Kecamatan Kota di Brebes, sehingga jarang sekali para eksekutif dan legislatif mencurahkan programnya ke kampung ini.

Dari sisi tekanan sosial, ini dimaksudkan karena daerah pesisir terkesan marginal, kumuh, dekil, dan masyarakatnya masa bodoh.

Dari sisi tekanan kebijakan, maksudnya adalah bahwa program masih terkesan top down dan tidak bottom up sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Terakhir, dari sisi tekanan ekonomi, ini dimaksudkan karena berkurangnya mata pencaharian yang disebabkan oleh rusaknya ekosistem dan banyaknya masyarakat yang tidak mau sekolah karena sarana dan prasarana yang jauh dari kenyataan.

Belajar dari tekanan di atas, kemudian para aktivis IPPHTI Kabupaten Brebes yang dikoordinatori oleh Mashadi, mencoba untuk melakukan upaya sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat dengan model membangun komitmen bersama untuk menumbuhkan partisipasi warga agar dapat mengenal permasalahan yang ada, memecahkan bersama, dan menentukan rencana kedepan kampungnya, mau dijadikan apa.

Proses ini memakan waktu hampir satu tahun untuk mengabdikan ilmunya dan pengalamannya guna memulihkan pandangan masyarakat untuk tidak charity. Dari kerja keras dan rasa tanggung jawab yang tinggi, akhirnya IPPHTI bekerjasama dengan Yayasan KEHATI pada tahun 2009 berhasil membantu kawasan Kampung Pandansari menjadi kawasan mangrovisasi.

Program yang diberikan oleh Yayasan KEHATI adalah adaptasi dan mitigasi masyarakat pesisir terhadap perubahan iklim melalui penguatan Kelompok Mangrove dan Tani Lestari. Untuk Kelompok Mangrove, programnya lebih difokuskan pada rehabilitasi pesisir dan untuk Kelompok Tani Lestari dikhususkan pada bidang pertanian organik atau sekolah lapangan.


CBM Bakti Lingkungan, salah satu bentuk peran serta warga dalam membangun mangrove di pesisir Brebes. (Foto: Adi Assegaf).

Belajar dari pola pemberdayaan yang dibangun oleh Yayasan KEHATI, akhirnya hingga sekarang muncullah dukungan yang nyata dari berbagai pihak, seperti dari keterlibatan NGO dan perguruan tinggi untuk hadir dan memberikan sumbangsih pemikiran dan donasi, serta dukungan bantuan teknisnya kepada kelompok dampingan, seperti dari Lebah Nusantara, GEF – SGP dan Nastari, dari perguruan tinggi: Klinik Tanaman IPB Bogor, UNDIP Semarang - KeSEMaT), kerjasama dengan pihak swasta melalui program CSR (Corporate Social Responsibility) dengan PT. Aplikanusa Lintasartha, Hotel Bumi Karsa Bidakara Group, SMA Cita Buana, dan Djarum Trees For Life dan dari model mandiri, kelompok ini juga telah berhasil melakukan kerjasama dan berjejaring dengan masyarakat pesisir lainnya, baik di wilayah Brebes (Sawojajar, Grinting, Randusanga Kulon dan Bangsri) dan regional Jawa Tengah lainnya, yaitu dengan Kelompok Mangunharjo Semarang dan Bedono Demak, termasuk juga dukungan dari Komunitas Facebook Celoteh Brebes Membangun (CBM).

Komunitas Facebook CBM ini telah dua kali melakukan intervensi di wilayah Kampung Mangrove ini, pertama di bulan Januari 2015 dengan memberikan donasi sebanyak 25.000 batang, dan pada bulan Agustus 2015 sebanyak 17.845 batang. Upaya ini dilakukan dalam rangka mewujudkan upaya penyelamatan pesisir Pantai Utara yang setiap tahun mengalami pergeseran abrasi, sekaligus gejala mendekatnya intrusi air laut ke wilayah Brebes tengah.

Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh Kelompok Mangrove dan Tani Lestari, meliputi:
• Program rehabilitasi mangrove 1.000.000 batang (tiga tahun)
• SLPO (Sekolah Lapang Pertanian Organik)
• Penanaman plasma nutfah (1500 batang)
• Pembuatan kompos, asap cair, arang sekam dan Mikro Organisme Lokal (MOL)
• Dialog dengan kebijakan
• Pemetaan partisipatif
• Patroli kawasan perlindungan mangrove
• Penyadaran masyarakat tentang perubahan iklim dan pelestarian hutan mangrove
• Pengelolaan makanan berbahan mangrove
• Pendampingan secara kontinyu dengan Kelompok Mangrove
• Menjadi narasumber di berbagai kelompok mangrove, baik lokal, regional maupun nasional

Nilai tambah setelah terlaksananya kegiatan dan dukungan dari CSR dan dukungan dari Pemerintah Daerah Brebes, diantaranya adalah terjadinya peningkatan pada usaha ekonomi lokal masyarakat Pandansari, dimana mereka mampu untuk membuat berbagai produk, antara lain:
1. Pengolahan dari bahan baku buah mangrove
2. Budidaya rumput laut jenis Cottonii
3. Budidaya kerang darah
4. Budidaya keramba kepiting
5. Penghasil padi, tahan dampak air asin

Bibit padi yang dibudidayakan oleh Kelompok Tani Lestari ini, sekarang sudah didistribusikan ke Pemda Ciamis, Pemda Tasik, Pemkot Pekalongan, Pemda Demak, Pemda Semarang dan Pemda Jepara atas permintaan masing-masing pemda.

Nilai tambah lain yang dapat dipelajari dari keberhasilan kelompok ini, antara lain:
1. Masyarakat sadar akan pentingnya ekosistem lingkungan pesisir
2. Terjaganya kawasan hutan mangrove dari kawasan pembalakan liar (illegal logging)
3. Tertanamnya hamparan mangrove sebanyak 30 ha
4. Munculnya biota ekosistem laut yang melimpah

Mimpi kedepan masyarakat Kampung Pandansari ini adalah menjadikan desa ini menjadi desa mandiri pangan, ekowisata, dan mangrove education centre. Semoga mimpi masyarakat bisa terwujud dengan baik.

Bagi masyarakat yang berminat berkunjung atau bekerjasama sama dengan Kelompok Mangrove Kampung Pandansari, Desa Kaliwlingi, Kecamatan Brebes dapat menghubungi Mashadi. HP: 081574809754/087830115765. Email: kanghadi71@gmail.com. (Adi Assegaf).

No comments:

Post a Comment