12.18.2015

Wayang Kartun: Media Sosialisasi Pentingnya Mangrove untuk Generasi Muda


Mangrove kaya fungsi dan manfaat. (Sumber foto).

MANGROVEMAGZ. Hutan mangrove dapat didefinisikan sebagai suatu tipe hutan tropika dan subtropika yang khas, tumbuh di sepanjang pantai dan muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut (Dahuri, 2009). Hutan mangrove juga sering disebut dengan hutan pasang surut, hutan payau, atau hutan bakau.

Hutan mangrove dapat memberikan sumbangan terbesar bagi manusia karena ia menunjang produksi makanan laut dengan menyediakan zat hara ke danau-danau pantai dan ke perairan pantai sekitarnya serta berlaku sebagai daerah asuhan untuk berbagai jenis Crustacea dan ikan (Juwana, 2001).

Selain itu, Odum dan Healld (1975) dalam Connaughey (1983) juga mengemukakan bahwa hutan mangrove merupakan sistem eko yang dapat menghasilkan dari zat-zat organik dalam jumlah besar yang tersedia sebagai makanan untuk organisme-organisme lain.

Mangrove juga mempunyai fungsi ekonomis yang tinggi, seperti sebagai tempat kegiatan wisata alam (rekreasi, pendidikan dan penelitian), penghasil bahan pangan (ikan/udang/kepiting, dan gula nira nipah), obat-obatan (daun Bruguiera sexangula untuk obat penghambat tumor, Ceriops tagal dan Xylacarpus mollucensis untuk obat sakit gigi, dan lain-lain), tempat sumber mata pencaharian masyarakat nelayan tangkap dan petambak, dan pengrajin atap dan gula nipah (Raharja et al., 2013).

Indonesia memiliki hutan mangrove seluas +3,7 juta ha yang merupakan hutan mangrove terluas di Asia bahkan di dunia (Departemen Kehutanan, 2013).

Walaupun dari segi kawasan mangrove Indonesia merupakan yang terluas di dunia, namun kondisinya semakin menurun baik dari segi kualitas maupun kuantitas dari tahun ke tahun. Pada tahun 1982, hutan mangrove di Indonesia seluas 4,25 juta ha, sedangkan pada tahun 2009 diperkirakan menjadi kurang dari 1,9 juta ha (KIARA, 2010).

Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa sebagian besar hutan-hutan mangrove dirusak oleh manusia, seperti adanya penimbunan, penggalian, dan pembuatan saluran-saluran air. Mangrove juga dieksploitasi manusia untuk kayu bakar, sebagian lagi juga dirusak untuk membangun kolam-kolam ikan dan budidaya udang, atau untuk memproduksi udang, atau ditimbun untuk pembuatan bangunan (Nybakken, 1992).


Penebangan mangrove di Indramayu, Jawa Barat. (Sumber foto).

Berdasarkan Pusat Data dan Informasi KIARA (Juli 2013) mencatat adanya empat faktor utama penyebab kerusakan mangrove di Indonesia. Pertama, konversi untuk ekspansi industri pertambakan, seperti yang terjadi di Provinsi Lampung dan Langkat Sumatera Utara. Kedua, konversi hutan mangrove untuk kegiatan reklamasi kota-kota pantai, seperti yang terjadi di Teluk Jakarta, Semarang, Surabaya, Padang, Makassar, dan Manado. Ketiga, pencemaran lingkungan. Keempat, konversi hutan mangrove untuk perluasan kebun kelapa sawit. Hal ini mengakibatkan ekosistem pesisir rusak dan pendapatan nelayan tradisional juga berkurang. (KIARA, 2013).

Melihat fungsi mangrove yang sangat strategis dan semakin meluasnya kerusakan yang terjadi, maka upaya pelestarian mangrove harus segera dilakukan dengan berbagai cara. Gerakan penanaman mangrove pernah dilakukan untuk menambah luasan hutan mangrove oleh berbagai kalangan dari mahasiswa hingga perusahaan.

Pada Juli 2013, Presiden SBY dan pesebakbola C. Ronaldo melakukan aksi nyata dengan merehabilitasi mangrove di Bali. Namun, percuma menanam tapi tak pernah diurus untuk mendapatkan hasilnya.

Kesadaran dan kepedulian masyarakat juga sangat penting dalam hal ini, dengan adanya kesadaran dan kepedulian yang besar masyarakat terhadap lingkungan akan mampu mengatasi permasalahan pelestarian hutan mangrove.


Pro dan kontra penanaman mangrove SBY dan Ronaldo di Bali. (Sumber foto).

Dalam paparan seminar nasional “Mangrove for Nation”, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang diwakili oleh Dr. Hilman Nugroho Direktur Jenderal BPDASPS, pada tanggal 12 Februari 2015 di Denpasar Bali menyampaikan 3 (tiga) kebijakan utama untuk melestarikan mangrove di Indonesia, salah satunya adalah aspek pelaksanaan, yakni penyebarluasan informasi mangrove melalui sosialisasi (Departemen Kehutanan, 2015).

Sosialisasi merupakan proses pada seseorang yang sedang belajar menjadi anggota masyarakat. Adapun yang dipelajarinya adalah peranan pola hidup dalam masyarakat yang sesuai dengan nilai dan norma-norma kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat (Berger, 1987).

Peran media dalam sosialisasi sangat penting, minat dan motivasi masyarakat dapat ditumbuhkan dengan menggunakan media yang menarik. Penggunaan media juga sangat membantu keefektifan proses penyampaian pesan.

Salah satu media sosialisasi alternatif yang dapat digunakan untuk mengenalkan pelestarian mangrove adalah Wayang Kartun. Wayang kartun merupakan alat peraga yang digunakan dalam menyampaikan materi sosialisasi yang digerakkan dengan tangan dan berbentuk gambar kartun.

Wayang kartun dapat dibuat dari bahan kertas atau kardus yang sesuai dengan tokoh yang disesuaikan. Dengan wayang kartun perhatian sungguh-sungguh akan dapat dibangkitkan secara tajam melalui gambar-gambar tokoh cerita yang diperagakan seperti wayang.


Wayang kartun sebagai media pembelajaran mangrove untuk anak-anak. (Sumber foto).

Wayang kartun merupakan sumber informasi yang dapat dicerna melalui visual yang kuat. Masyarakat, khususnya anak-anak akan lebih beerminat melihat kartun guna memperoleh informasi dari objek yang diinginkan daripada harus membaca atau mendengarkan saja.

Wayang kartun dapat memberikan dampak emosional kepada anak, sehinggaa anak dapat memberikan respon terhadap materi yang disajikan dalam sosialisasi. Penggunaan wayang kartun dalam sosialisasi menumbuhkan minat dan motivasi anak untuk mengerti tentang pentingnya mangrove untuk lingkungan.

Hal tersebut menunjukkan bahwa wayang kartun bisa menjadi sarana dalam pembelajaran guna memotivasi anak agar dapat berfikir efektif dan efisien. Masyarakat, khususnya anak-anak sebagai generasi muda harus menjadi bagian dan ikut berpartisipasi dalam perlindungan, pengelolaan, dan pengembangan kawasan hutan mangrove.

Kita harus membawa generasi muda kita untuk lebih mengenal mangrove. Sayang apabila karunia Tuhan sebesar itu kita sia-siakan hanya karena ketidak-tahuan masyarakat dalam melestarikannya.

Dengan Wayang kartun, diharapkan masyarakat, khususnya anak-anak dapat memahami tentang arti pentingnya mangrove dan bagaimana cara melestarikan mangrove secara tepat tanpa merusak ekosistem yang ada, karena kemuliaan bukan dari apa yang kita miliki, tapi dari apa yang kita berikan untuk generasi di masa depan. (Endah Rahmawati).

2 comments: