2.05.2015

Ekowisata Mangrove Ala Kelompok Nelayan Bali


Pintu masuk Ekowisata Wanasari.
MANGROVEMAGZ. Siapa yang tidak tahu Bali? Pulau besar yang kaya potensi budaya, serta kekayaan alam. Bahkan di dunia, Bali terkenal sebagai tujuan pariwisata, khususnya bagi wisatawan Jepang dan Australia. Jadi tidak salah jika Indonesia menjadikan Bali sebagai primadona pariwisata.

Selain memiliki pantai dan wisata unik lain sebagai daya tarik bagi wisatawan asing, Bali juga memiliki wisata yang sungguh berbeda dari umumnya, yaitu ekowisata mangrove Wanasari. Hutan mangrove, pemandangan cantik serta bermacam kuliner dari hasil hutan mangrove menjadi kepuasan bagi siapa saja yang sudah masuk di dalamnya.

Wisata mangrove ini dikelola oleh kelompok nelayan yang mempunyai inisiatif berkontribusi menjaga hutan mangrove dengan menjadikan kawasan hutan mangrove sebagai tempat ekowisata.


Lokasi keramba kepiting bakau di Ekowisata Wanasari. 

Berawal dari keprihatinan melihat kekayaan alam yang belum dikembangkan, maka muncul ide dari sekelompok nelayan yang tergabung dalam kelompok nelayan Wanasari, di Desa Adat Tuban, Kecamatan Kuta, Badung. Mereka memanfaatkan lahan hutan bakau dengan mencoba mengembangkan budidaya kepiting lokal sebagai andalannya.


Keramba yang berada persis dibawah tegakan pohon mangrove. 

Selain itu, yang melatarbelakangi ide ini, yaitu mengingat banyaknya permintaan atas bahan baku kepiting bakau untuk kuliner khususnya seafood restaurant di Bali. Berdasarkan pertimbangan itu, dimulailah beberapa percobaan dalam pembudidayaan kepiting bakau. Sampai akhirnya mereka menemukan sistem yang tidak merusak habitat dan ekosistem hutan mangrove. Namanya sistem Keramba Kepiting Bakau.


Pemandangan Ekowisata Wanasari.

Keuletan serta kejeniusan Kelompok Nelayan Wanasari Bali ini bisa diapresiasi. Mengapa demikian? Sebab di tengah aktivitas nelayan yang identik mencari ikan di laut, mereka berhasil beradaptasi dengan lingkungan yang ada dengan menjadikan kawasan tersebut menjadi kawasan ekowisata.


Salah satu pengunjung yang sedang berjalan di treking mangrove Wanasari.

Tujuannya untuk ikut memberi sumbangsih pengetahuan kepada masyarakat akan pentingnya kesadaran dalam menjaga keseimbangan ekosistem alam. Kelompok Nelayan Wanasari ini berhasil melibatkan masyarakta sekitar untuk tetap menjaga hutan mangrove melalui usaha kuliner ekowisata mangrove. Mereka berbenah dan menata, serta meningkatkan kompetensi diri dan berupaya selalu untuk menumbuhkan cinta akan lingkungan terhadap mangrove.


Pengunjung bisa menggunakan Kano, dengan syarat memunguti sampah-sampah yang ditemui.

Ekowisata ini letaknya di Teluk Benoa, diapit jantung pariwisata Bali, dengan Sanur sisi timur laut, Kuta di barat, dan Nusa Dua di Tenggara. Teluk Benoa merupakan kawasan strategis. Namun sejak dua tahun ini dia menjadi incaran investor PT Tirta Wahana Bali Internasional (TWBI).


Kegiatan kelompok nelayan dalam budidaya kepiting.

Dua tahun lalu, PT Tirta Rahmat Bahari (TRB) juga berniat membangun fasilitas pariwisata di Teluk Benoa. Usaha ini ditolak warga dan aktivis. Perusahaan ini pun batal mengelola wisata di tepatnya taman hutan raya (Tahura) Ngurah Rai. Ketika Teluk Benoa menjadi incaran berbagai investor di Bali, nelayan di Desa Tuban justru terkenal dengan usaha ekowisata mereka. (Falahi Mubarok).

No comments:

Post a Comment