9.15.2014

Mangroving Sehari Jelajahi Desa Wisata Terpadu Kampoeng Nipah


MANGROVEMAGZ. Bicara tentang mangrove, saya punya pengalaman seru nih, liburan fullday di salah satu desa mangrove yang ada di Sumatera Utara. Desa wisata yang saya kunjungi ini diberi nama “Kampoeng Nipah” oleh masyarakat pengelolanya.

Kampoeng Nipah merupakan lokasi ekowisata mangrove terpadu berbasis masyarakat pertama di Indonesia, dimana dalam satu lokasi ini terdapat hutan mangrove, pengolahan produk berbahan dasar mangrove, hingga homestay yang dikelola oleh penduduk setempat. Desa wisata mangrove ini terletak di Desa Muara Maimbai Kec. Sei Nagalawan Kab. Serdang Bedagai.

Desa wisata ini dipelopori oleh sepasang suami istri, Sutrisno (37) dan Jumiati (32). Sutrisno dan Jumiati bersama kelompoknya masing-masing pernah mendapat penghargaan di tingkat nasional dan internasional, seperti Juara Nasional Adhi Bakti Mina Bahari, penghargaan dari organisasi nirlaba Inggris - Oxfam - sebagai Pahlawan Pangan Perempuan (Food Heroes Oxfam) Indonesia 2013, bahkan pada awal Desember 2013, Jumiati juga terpilih sebagai salah satu tokoh perempuan inspiratif penerima Award Tupperware She Can, atas upayanya dalam penguatan ekonomi dan pemberdayaan perempuan di desanya.

Memasuki desa wisata ini, Anda akan menjumpai masyarakat melayu pesisir yang ramah dan senang sekali bercerita. Mereka akan menyambut hangat pengunjung yang datang kesini. Hal ini yang membuat saya tak pernah bosan berkunjung ke desa wisata yang satu ini.


Jalan setapak menuju lokasi.

Sesampainya dilokasi, kita akan dipandu langsung oleh guide lokal dan diberikan kuliah singkat tentang mangrove, mulai dari jenis-jenis mangrove, cara menanam mangrove, manfaat mangrove bagi lingkungan serta jenis mangrove apa saja yang dapat diolah menjadi makanan khas.

Ada beberapa produk olahan mangrove yang telah diproduksi di desa ini, antara lain dodol, keripik jeruju, teh jeruju dan sirup. Untuk makanan olahan mangrove seperti dodol dan sirup, hanya ada pada musim-musim tertentu saja, karena bahan dasar untuk membuat olahan ini juga hanya tersedia pada musim tertentu.

Sebaliknya, makanan olahan berbahan dasar daun jeruju akan selalu ada saat musim apapun kamu berkunjung kesini, misalnya saja keripik jeruju dan teh jeruju yang juga merupakan cemilan favorit saya kalo berkunjung kesini, nih. Hehehe.

Kegiatan wajib yang dilakukan dilokasi ini tentu saja menanam mangrove. Namun selain itu, kita juga bisa bermain canoe menyebrangi sungai, berburu kepiting bakau di kolam lumpur, mencari kepah laut hingga hunting sunset.


Gerakan one man one tree ini ceritanya.


Menyeberangi sungai menggunakan canoe.

Setelah lelah berpanas-panasan menanam mangrove dan bermain canoe, maka kegiatan yang paling dinantikan tentunya makan siang. Menu makanan yang ditawarkan oleh pengelola desa wisata ini pun sangat menggugah selera. Beragam seafood, mulai dari ikan, kepiting, kepah, udang, serta sayuran hijau dan buah-buahan segar, berjajar rapi di meja makan.

Puas bersantap siang, kamipun melanjutkan kegiatan dengan memasang perangkap kepiting di kolam tanah. Sambil menunggu kepiting masuk kedalam perangkap yang dipasang, kamipun berinisiatif kembali ke tepi pantai mencari kepah laut yang bisa ditemukan didalam pasir pantai.


Yeay, saya dapat kepiting bakau!


Berburu kepah laut. 

Tak terasa hari sudah sore. Kegiatan berakhir dengan rasa puas dan canda tawa para peserta. Menjelajahi desa wisata ini semakin menyadarkan saya, betapa pentingnya menjaga kelestarian alam, terutama ekosistem mangrove.

Satu pohon memang angka yang kecil untuk mengembalikan kelestarian hutan mangrove seperti sedia kala, tetapi jika dilakukan secara berkelanjutan dan dijaga dengan baik, pasti akan sangat berguna dikemudian hari.


Mari bermain lumpur dan tanam mangrove demi penghijauan

Salam Lestari! (Santi Nirmala Sari).

No comments:

Post a Comment