8.15.2014

Telisik Tukik di Trisik


Usaha konservasi penyu dimulai pada tahun 2004, dimana Kelompok Konservasi Penyu Abadi Trisik (KKPAT) berhasil melepaskan 89 tukik penyu hijau. Sumber foto

MANGROVEMAGZ. Seperti kita ketahui bersama, kawasan pesisir merupakan daerah dengan banyak kepentingan. Bermacam-macam fungsi yang ada padanya menyebabkan derah ini bisa berkembang dengan sangat maju atau sebaliknya menjadi rusak dan saling tumpang tindih kepentingan.

Untuk memberi gambaran tentang pesisir, bolehlah kita tinjau sedikit sebuah daerah pesisir yang sedang berkembang di Kabupaten Kulonprogo, yaitu Trisik.

Secara geografis, Trisik terletak di 7⁰58'20" Lintang Selatan dan 110⁰11'23" Bujur Timur dengan luasan ± 69,8 ha. Adapun secara administratif terdapat di Desa Banaran, Kecamatan Galur, dimana pada sisi selatan berbatasan langsung dengan Laut Selatan Jawa.

Trisik merupakan daerah dengan karakterisktik yang hampir mirip dengan pesisir lain di Kabupaten Kulonprogo, seperti ombak yang kuat dan pasir hitamnya. Satu hal yang menarik dari Pesisir Trisik adalah perkembangan berbagai kepentingan yang terkadang saling bertabrakan, yaitu perekonomian dan konservasi, tidak lantas menyebabkan pertentangan diantara keduanya.

Sektor perekonomian yang terdapat di Trisik adalah kegiatan penangkapan ikan dengan tempat pelelangan ikan, kawasan tambak ikan dan pariwisata sebagai motor penggeraknya. Kondisi perikanan tangkap di Trisik “sedang-sedang saja” dengan jumlah produksi sekitar 99.750 kg pada tahun 2010.

Rata-rata kunjungan pariwisata pun kembali “sedang-sedang saja”, yaitu pada angka kunjungan sekitar 34.364 orang/tahun. Dapat dikatakan, sektor perekonomian di Trisik tidaklah terlalu maju jika dibandingkan dengan pesisir lain di Kulonprogo, apalagi yang berada di Pantai Utara Jawa. Namun demikian, keadaan ini justru menjadi keunggulan Trisik.

Seperti yang kami singgung di atas, bahwa ternyata kondisi lingkungan tidak lantas menjadi korban kegiatan perekonomian yang terkadang kurang berpihak dengan kelestariannya. Bahkan antara kegiatan konservasi lingkungan dan perekonomian, bisa berkembang secara sinergis dan saling mendukung.


Di Trisik, kegiatan konservasi meliputi pelestarian penyu dan penanaman mangrove. 

Di Trisik, kegiatan konservasi meliputi pelestarian penyu dan penanaman mangrove. Usaha konservasi penyu dimulai pada tahun 2004, dimana Kelompok Konservasi Penyu Abadi Trisik (KKPAT) berhasil melepaskan 89 tukik penyu hijau. Kegiatan ini terus berkembang sampai sekarang dengan prestasi terbaik pada tahun 2009 dengan dilepasnya 1.326 tukik ke Laut Selatan Jawa.

Perkembangan positif ini didukung pula dengan baiknya keadaan lingkungan yang terlihat dari vegetasi mangrove di Trisik. Jenis mangrove yang ada di sini adalah Cemara Udang (Casuarina sp), Pandan (Pandanus sp) dan Nipah (Nypa sp).

Kegiatan penanaman Cemara Udang dan Nipah sendiri, telah dilaksanakan mulai tahun 2002, 2008 dan 2009. Selain peranannya dalam ekologi, kedua kegiatan konservasi ini ternyata juga mendukung sektor perekonomian dan kepariwisataan di Trisik. Keberadaan KKPAT dan kerindangan Cemara Udang, telah mampu menarik wisatawan berkunjung ke Trisik.

Kesimpulannya, dapat dikatakan bahwa karakteristik Pesisir Trisik hampir sama dengan berbagai daerah di pesisir Indonesia. Trisik adalah daerah yang sedang berkembang dengan berbagai macam kepentingan yang mulai bersinggungan.

Namun demikian, uniknya, sampai saat ini, Trisik ternyata mampu mengkombinasikan berbagai kepentingan tersebut sehingga bisa saling mendukung kemajuan daerah pesisirnya. Tentu saja, kita berharap, agar keseimbangan kegiatan konservasi dan perekonomian akan terus berlangsung secara lestari, seperti yang terjadi di Trisik, ini. Amin. Semangat MANGROVER! (Isna Bahtiar).

Sumber Data
Google Earth
Dinas BUDPEMOR
Dinas KPP KKPT

Sumber Foto
Dokumentasi pribadi

No comments:

Post a Comment